Pages

RSS

Tugas Imunologi


Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\Home.aspx_files\logo_unej_100x93.png

INTERAKSI ANTARA NEUROENDOKRIN DAN RESPON IMUN TERHADAP STRESS

MAKALAH

Disusun oleh:
Ayu Wulandari  (122110101168)
Risya Ervina  (1221101010027)


 
 









FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
          UNIVERSITAS JEMBER
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena terselesaikannya Makalah Interaksi Antara Neuroendokrin dan Respon Imun Terhadap  Stress.Dalam penyelesaian laporan ini, Kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dengan rasa hormat tim penyusun  mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada  berbagai pihak yang telah memberi dukungan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mencari tahu manfaat kopi dalam mengatasi masalah Stress ,serta dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan motivasi bagi kita semua.
Kami telah berupaya penuh dalam penyusunan makalah inimnamun kami masih mengharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah ini dan untuk laporan-laporan selanjutnya



Jember,7 April 2013
 Tim penyusun










DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………...2
Daftar isi……………………………………………………………………......3
BAB I PENDAHULUAN
            I.1 Latar Belakang……………………………………………………8-9
            I.2Rumusan Masalah…………………………………………………...9
            I.3 Tujuan ………….……………………………………………….…10
            I.4 Manfaat ………….………………………………………………...10
BAB II  ISI DAN  PEMBAHASAN          
            2.1 Pengertian Stress…………………………………………….….11-13
2. 2 Sistem Neuron …………………………………………………..13-14
2.3 Sistem Endokrin………………………………………………..….14-19
            2..4 Respon Imun………………………………………………….…..19-20
            2.5 Pembahasan………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
            A.Kesimpulan…………………………………………………………….25
            B.Saran……………………………………………………………………25
DAFTAR TABEL
            2..3.1 Kelas Hormon………………………………..………………..16-17
DAFTAR GAMBAR
            2.3.1 Neuron……………………………………………………….….........11
            2.3.2 Pembagian Sel Neuron…..……………………………………………...18
            2.3.3 Sinapsis….………………………………………………………….......18
            2.3.4 Mekanisme Sistem Endokrin………………………………........19
            2.3.5 Susunan Kelenjar Endokrin………………………………..
            2.3.6 Siklus Kerja Hormon…………………………………………..20
            2.3.7 Mekanisme Umpan Balik……………………………………….
            2.3.8 Hubungan Endokrin dan Saraf……………………………..
 DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………………….26


  BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
            Era globalisasi membawa dampak pada interaksi  antar manusia dan kebudayaan baru yang di jalaninya.Interaksi ini tanpa disadari melahirkan beberapa masalah yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari,seperti berkantor,belajar,sosialisasi ,dan masih banyak lagi.Hal – hal ini memicu gejala stress,dimana stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia.
 Stres yang ringan berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup seharihari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stressyang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas,maka tim penyusun memutuskan untuk mengkaji lebih dalam hubungan antara neuroendokrin dengan respon imun terhadap stress.
           
1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah  ini di susun untuk menjawab  pertanyaan sebagai berikut :
 Bagaimana  pengaruh interaksi antara neuroendokrin dan respon imun terhadap stress?

1.3 TUJUAN
            Makalah ini di susun bertujuan  sebagai berikut :
1.Menegetahui pengaruh interaksi antara neuroendokrin dan respon imun terhadap stress
2.Menjelaskan pengaruh interaksi antara neuroendokrin dan respon imun terhadap stress 3.Melengkapi tugas perkuliahan Imunologi




1.5 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di harapkan bermanfaat pada :
*   PENULIS
Menemukan jawaban atas problema yang terkait dengan tujuan penyusunan makalah,serta menambah wawasan dalam analisis,pengelolaan dan penyusunan data.
*      PEMBACA
Menambah wawasan tentang masalah terkait serta menjadikan hasil kajian ini sebagai rujukan konsep terkait.
*      INSTANSI
Menjadikan hasil kajian ini sebagai bahan  peningkatan  kualitas prestasi mahasiswa,serta dapat menjadi koleksi positif di perpustakaan .



























BAB II
           KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN  STRESS
            Kehidupan adalah stress dan stress adalah kehidupan, suatu ungkapan ilmuwan Hans Selye pada tahun 1940-an, rupanya makin menjadi kenyataan di dunia akhir-akhir ini. Selye mengamati bahwa tantangan fisik, emosional dan lingkungan merupakan stressor bagi kehidupan manusia dan hal ini memunculkan beberapa respon fisik yang dapat berupa penurunan kinerja ringan sampai sakit berat. Kemampuan individu dalam merespon dan mengadaptasi stressor ini sangat kritis untuk survival (dapat bertahannya) manusia. Pemeliharaan kualitas hidup tergantung kapasitas tubuh secara internal untuk bereaksi dan mengatasi datangnya stressor yang bertubi-tubi (Bornstein & Chrousus, 1999).
Tubuh dalam mengelola stress yang datang diketahui mempunyai mekanisme biologis yang sejauh ini dikenal sebagai General Adaptation Syndrome. Merupakan konservasi molekuler efektor pertahanan dan kemungkinan diturunkan nenek moyang sejak awal adanya kehidupan di dunia ini, konservasi molekuler ini berkembang dan berimbang kuat (Yeaman & Yount, 2007). Pendalaman pengetahuan tentang sindroma ini memerlukan pendekatan dengan perasat dan riset biomedik secara komprehensif.

2.3 SISTEM NEURON
Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\image004.jpg

            Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsang). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Gambar.2.3.1 Neuron
Gambar 2. Bagian-bagian Sel Saraf
a) Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan sel.
b) Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c) Akson
Akson disebut juga neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran sitoplasma badan sel. Benang-benang halus yang terdapat di dalam neurit disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:
(1)   Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor yaitu alat indera.
(2)   Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum tulang belakang.
(3)   Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.

Pembagian sel neuron berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron bipolar, dan neuron multipolar.
1.      Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah akson yang bercabang.
2.      Neuron bipolar  yaitu neuron yang memiliki satu akson dan satu dendrit.
3.      Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu akson dan sejumlah dendrit.
Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\image005.png
Gambar 2.3.2. Pembagian sel neuron

Mekanisme Sistem Neuron
1.      Sinapsis
Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis,baik ion positif dan ion negatif. Di dalam sitoplasma sinapsis, terdapatvesikula sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung, neuron, vesikula akan bergerak, lalu melebur dengan membran pra-sinapsis dan melepaskanasetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel pada reseptor di membran post-sinapsis.
Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\sinapsis.png
Gambar 2.3.3. Sinapsis
Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Enzim asetilkolinesterase16 sinapsis (10 quadrillion). Jumlah ini berkurang seiring bertambahnya usia. Orang dewasa memiliki 1015 sampai 5 × 1015 (1-5 quadrillion) sinapsis. menguraikan asetilkolin yang tugasnya sudah selesai. Pada setiap bagian otak, terdapat jutaan neuron yang saling terhubung lewat sinapsis.
2.      Muatan listrik dalam neuron
Muatan listrik yang  terjadi dalam satu akson akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar dan lapisan dalam akson. Muatan listrik tersebut terjadi pada peristiwa polarisasi dan depolarosasi. Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik negatif di bagian dalam. Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang  memperlihatkan muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik negatif di bagian luar.
3.       Impuls
Impuls adalah rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai berikut:
a)      Perubahan dari dingin menjadi panas.
b)      Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c)      Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d)     Suatu benda yang menarik perhatian.
e)      Suara bising.
f)       Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.



2.3 SISTEM  ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Cabang kedokteran yang mempelajari kelainan pada kelenjar endokrin disebut endokrinologi, suatu cabang ilmu kedokteran yang cakupannya lebih luas dibandingkan dengan penyakit dalam.
Organ utama dari sistem endokrin adalah:
·         Hipotalamus
·         Kelenjar hipofisa
·         Kelenjar tiroid
·         Kelenjar paratiroid
·         Pulau-pulau pankreas
·         Kelenjar adrenal
·         Buah zakar
·         Indung telur.
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin
Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa; beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yanglainnya menekan pelepasan hormon hipofisa.
Kelenjar hipofisa kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya. Hipofisa mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.
 Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa; beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah:
·         Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak.
·         Sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat.
·         Medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis.
Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
Meknisme sistem endokrin
Description: picture1.jpg (378×697)
Gambar 2.3.4 Mekanisme Sistem Endokrin

Sistem endokrin meliputi:
1.        Reseptor yg berperan untuk mendeteksi proses regulasi dalam tubuh
2.        Integrator (dapat berupa neuron, kelenjar endokrin)
3.        Organ efektor yang selanjutnya menyampaikan pesan di dalam sel
4.        Hormon yang bertugas menyampaikan pesan di dalam sel

Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu rantai kerja sesuai dengan reseptor yang diinginkan. Hormon umumnya dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.

Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\endocrorgs.gif
Gambar 2.3.5 Susunan kelenjar endokrin
 Konsep Utama Hormon
1.      Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan kimia, bergerak melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan, atau bertindak lebih lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu efek lebih lokal.
2.      Kebanyakan hormon ada dalam cairan tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil, tergantung pada kebutuhan tubuh.
3.      Hormon bereaksi dengan berinteraksi dengan reseptor afinitas tinggi, yang pada gilirannya dihubungkan dengan satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa reseptor hormon yang terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui mekanisme pembawa pesan kedua, dan lain-lain berada dalam sel, di mana mereka demodulasi sintesis enzim, transporprotein, atau struktural protein.



Klasifikasi Hormon
1.      Peptida/ Protein
Merupakan kelompok terbesar dan diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian besar dibentuk sebagi pro hormon peptide yang berasal dari pre pro hormon menghasilkan pro hormon, kemudian pepetida itu selanjutnya di pecahkan di apparatus golgi membentuk hormon. Contoh :  peptida, polipeptida, glikoprotein, dan protein, dapat sekecil thyrotropin releasing hormon (TRH), yang mengandung tiga asamamino, sebagian besar dan kompleks sebagai hormon pertumbuhan (GH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) , yang memiliki sekitar 200 asam amino. Glikoproteinadalah hormon peptida besar yang terkait dengan karbohidrat (misalnya, FSH).
2.       Amina
Derivet asam amino tirosin, yang di sekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar adrenal (catecholamines). Contoh : norepinefrin dan epinefrin, yang berasal dari asam amino tunggal (yaitu, tirosin), dan hormon tiroid, yang berasal dari dua iodinasiresidu asam amino tirosin.
3.      Steroid
Terdiri dari hormon steroid, yang merupakan turunan dari kolesterol, tererdifusi melewati membran selreseptor dalam sel
4.      Turunan Asam Lemak
Sekelompok senyawa turunan asam lemak memiliki aksi mirip hormonContoh :Eicosanoids diantaranya asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan berlimpah dari berbagai eicosanoid. Yang paling penting dari eicosanoids adalah prostaglandin, leukotrien, dan tromboksanR etinoid (misalnya, asam retinoat) juga berasal dari asam lemak dan memiliki peran penting dalam mengatur aksi reseptor inti.


Kelas Hormon Berdasarkan Struktur                        Tabel 2.3.1 Kelas Hormon
Amina danAsam Amino
Peptida, polipeptida, dan Protein
Steroid
Senyawa Asam Lemak
Dopamin
Epinefrin
Norepinefrin
Hormon  Tiroid
Corticotropin-releasing hormone (CRH)
Growth hormone–releasing hormone (GHRH)
Thyrotropin-releasing hormone (TRH)
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Follicle-stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Growth hormone (GH)
Antidiuretic hormone (ADH)
Oxytocin
Insulin
Glucagon
Somatostatin
Calcitonin
Parathyroid hormone
Aldosterone
Glucocorticoids
Estrogens
Testosterone
Progesterone
Androstenedione
1,25-Dihydroxyvitamin D
Dihydrotestosterone (DHT)
Dehydroepiandrosterone (DHEA)
Eicosanoids
Retinoid

Hampir semua peptida dan katekolamin bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan hormon tiroid bersifat hidropfobik.

Siklus Kerja Hormon

1.Hidrofilik, bereaksi dengan reseptor pada membran dan mengaktifkan pesan kedua ( Second messenger ), karena tidak dapat menembus dua lapisan lemak yang membentuk membran sel. (Gbr. 1, A hidrofolik)
2.Hidrofobik, bereaksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus dua lapisan lipid dari membran sel, umumnya reseptor berperan sebagai faktor transkripsi dan mempengaruhi ekspresi gen. (Gbr. 1, A hidrofobik)


Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\kerja hormon.jpg

Gambar 2.3.6 Siklus Kerja Hormon

Pengaturan Sekresi Hormon
1.      Umpan Balik Negatif
Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem endokrin untuk mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik di-”on atau off”-kan oleh perubahan fisiologi yang spesifik. Hormon dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri melalui mekanisme down- regulation (penurunan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan penurunan sensifitas pada hormon).

Description: C:\Users\acer\Documents\Downloads\umpan negatif.jpg
Gambar 2.3.7 Mekanisme Umpan Balik Negatif

2.      Umpan Balik Positif
Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan sel lebih sensitif terhadap hormon tertentu, Sangat jarang terjadi.




Gambar 2.3.8 Hubungan endokrin dengan saraf
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCO26ESHVI1S_BeCyYVsLRBqo5DrLIH9wKukrwPaVTRSdRvgt5ea3ogWtd6QW2cjaIjbr85kM-6SeZDvUTZNDZTnqtD9EC_v2EPxAgzoK6oV77uR3DW3rtbOKWSQkndKPgsr2M7FkfB5Y/s1600/neuroendokrin.bmp
Sistem saraf  bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam tubuh. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). 
         Hormon berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan tingkah laku. Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan kerja jantung
          Kedua sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem endokrin/sistem hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar hipofisis tersebut dipengaruhi oleh hypothalamus.




Berikut ini adalah hubungan sistem hormon dengan sistem saraf yang digambarkan dalam bentuk skema atau bagan :
1.Releasing Factor/Faktor pembebas
          Adalah faktor yang memperbaiki situasi atau kondisi tubuh, sehingga kondisi tubuh menjadi lebih baik. Faktor tersebut adalah hormon-hormon yang mencegah terjadinya kondisi tubuh tersebut.
2.Inhibitor Factor/Faktor penghambat
          Adalah faktor yang terus mendukung situasi atau kondisi tubuh, sehingga kondisi tubuh menjadi tidak baik/memperburuk kondisi tubuh. Faktor tersebut adalah hormon-hormon yang mendukung terjadinya kondisi tubuh tersebut.

2.4 RESPON IMUN
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Pertahanan non spesifik, merupakan garis pertahan pertama terhadap masuknya serangan dari luar. Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
1.    Pertahanan fisik :kulit, mukosa membran
  1. Pertahanan kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
  2. Pertahanan biologis: sel darah putih yang bersifat fagosit (neutrofil,monosit,acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan (inflammatory).
B. Pertahanan spesifik, dilakukan oleh sel darah putih yaitu sel darah putih Limfosit. Disebut spesifik karena: dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosir, membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan anibodi.

2.5 KUTIPAN JURNAL
            Sistem saraf pusat mempunyai kapasitas untuk mengirimkan sinyal ke seluruh jaringan dan organ tubuh, yang sampai beberapa lama sistem imun merupakan sebuah perkecualian. Saat ini sudah dibuktikan bahwa elemen imun seperti timus, limpa dan organ limfoid
juga mendapat inervasi (Delves, et al., 2006; Pollard, et al., 2008).Mast cell dan limfosit mendapat persarafan yang dapat dibuktikan dengan tumbuhnya sinapsis serabut saraf pada kultur sel. Serabutserabut saraf ini mempunyai kemampuan untuk membawa media torsecara cepat dan spesifik yang memungkinkan adanya reaksi spontan guna menginisiasi terjadinya peradangan. Pada respon fase akut terjadi pelepasan masif dari katekholamin yang dikenal sebagai ”sympathetic outflow”, yang merupakan regulasi penting dalam reaksi pertahanan emergensi dari sebuah stress.

2.6  PEMBAHASAN
Berdasarkan kajian pustaka dan kutipan jurnal oleh Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK (K), MM. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf dan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control). 
 Imunologi neuroendokrin terjadi karena hubungan sel ke sel persarafan serta komunikasi humoral,sedangakan stress timbul ketika adanya rangsangan dari luar,kemudian saraf- saraf pada panca indera mengirimkan sinyal ke Hypophyse (berada di dasar otak) sebagai alarm selanjutnya mengirimkan signyalnya ke kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol, Cortisol ini meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur), selain itu fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2 tubuh, system kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang beberapa kelenjar tubuh lainnya untuk peroses metabolisme sedangkan Adrenaline meningkatkan denyut jantung , dan peningkatan tekanan darah dan juga meningkatkan pasokan energi.Pada respon fase akut terjadi pelepasan masif dari katekholamin yang dikenal sebagai sympathetic outflow”, yang merupakan regulasi penting dalam reaksi pertahanan emergensi dari sebuah stress.


.




















                        BAB III
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
-          Daya tumbuh tanaman di pengaruhi oleh faktor jenis air
-          Jenis air vetsin banyak meningkatkan daya tumbuh tanaman dengan cepat,hal ini karena peningkatan kekuatan akar serta batang yang di tunjang oleh asam amino yang terdapat pada vetsin.
-          Jenis air sabun bukanlah pilihan tepat untuk di gunakan sebagai bahan penyiraman karna kandungan soda apinya yang dapat merusak organel sel.

5.2 SARAN
  - Masyarakat dapat menggunakan air vetsin sebagai bahan alternatif untuk budidaya tanaman cabai.
-Masyarakat/pembaca dapat menghindari penggunaan air sabun sebagai bahan budidaya cabai.


           













DAFTAR PUSTAKA

Yadi sunaryadi.Blogspot.com
abhique.blogspot.com




















































  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar