INTERAKSI ANTARA NEUROENDOKRIN DAN RESPON IMUN
TERHADAP STRESS
MAKALAH
|
|
Disusun
oleh:
Ayu Wulandari (122110101168)
Risya Ervina (1221101010027)
|
|
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena terselesaikannya Makalah Interaksi Antara Neuroendokrin dan Respon
Imun Terhadap Stress.Dalam
penyelesaian laporan ini, Kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka
dengan rasa hormat tim penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada berbagai pihak yang telah memberi
dukungan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk mencari tahu manfaat kopi dalam mengatasi masalah Stress ,serta
dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan motivasi bagi kita semua.
Kami telah berupaya penuh dalam
penyusunan makalah inimnamun kami masih mengharap saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini dan untuk laporan-laporan selanjutnya
Jember,7 April 2013
Tim penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………………...2
Daftar
isi……………………………………………………………………......3
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang……………………………………………………8-9
I.2Rumusan Masalah…………………………………………………...9
I.3 Tujuan ………….……………………………………………….…10
I.4 Manfaat ………….………………………………………………...10
BAB II ISI DAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stress…………………………………………….….11-13
2.
2 Sistem Neuron …………………………………………………..13-14
2.3
Sistem Endokrin………………………………………………..….14-19
2..4 Respon Imun………………………………………………….…..19-20
2.5 Pembahasan………………………………………………………..
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan…………………………………………………………….25
B.Saran……………………………………………………………………25
DAFTAR TABEL
2..3.1 Kelas Hormon………………………………..………………..16-17
DAFTAR GAMBAR
2.3.1 Neuron……………………………………………………….….........11
2.3.2 Pembagian Sel Neuron…..……………………………………………...18
2.3.3 Sinapsis….………………………………………………………….......18
2.3.4 Mekanisme Sistem Endokrin………………………………........19
2.3.5 Susunan Kelenjar
Endokrin………………………………..
2.3.6 Siklus Kerja Hormon……………………………………………..20
2.3.7 Mekanisme Umpan Balik……………………………………….
2.3.8 Hubungan Endokrin dan Saraf……………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..………………….26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Era globalisasi
membawa dampak pada interaksi antar
manusia dan kebudayaan baru yang di jalaninya.Interaksi ini tanpa disadari
melahirkan beberapa masalah yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari,seperti
berkantor,belajar,sosialisasi ,dan masih banyak lagi.Hal – hal ini memicu
gejala stress,dimana stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau
sulit. Stres membuat tubuh untuk
memproduksi hormone adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres
merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Stres yang ringan berguna
dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan
berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup
seharihari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah
dalam kehidupan yang biasanya membosankan dan rutin. Tetapi stressyang terlalu banyak
dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulangi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Berdasarkan
uraian di atas,maka tim penyusun memutuskan untuk mengkaji lebih dalam hubungan
antara neuroendokrin dengan respon imun terhadap stress.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah ini di susun untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut :
Bagaimana
pengaruh interaksi antara neuroendokrin dan respon imun terhadap stress?
1.3
TUJUAN
Makalah ini di
susun bertujuan sebagai berikut :
1.Menegetahui pengaruh interaksi antara
neuroendokrin dan respon imun terhadap stress
2.Menjelaskan pengaruh interaksi antara
neuroendokrin dan respon imun terhadap stress 3.Melengkapi tugas perkuliahan
Imunologi
1.5
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini di harapkan bermanfaat
pada :
PENULIS
Menemukan jawaban atas problema yang
terkait dengan tujuan penyusunan makalah,serta menambah wawasan dalam analisis,pengelolaan
dan penyusunan data.
PEMBACA
Menambah wawasan tentang masalah terkait
serta menjadikan hasil kajian ini sebagai rujukan konsep terkait.
INSTANSI
Menjadikan hasil kajian ini sebagai
bahan peningkatan kualitas prestasi mahasiswa,serta dapat
menjadi koleksi positif di perpustakaan .
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN STRESS
Kehidupan adalah stress dan stress
adalah kehidupan, suatu ungkapan ilmuwan Hans Selye pada tahun 1940-an, rupanya
makin menjadi kenyataan di dunia akhir-akhir ini. Selye mengamati bahwa
tantangan fisik, emosional dan lingkungan merupakan stressor bagi kehidupan
manusia dan hal ini memunculkan beberapa respon fisik yang dapat berupa
penurunan kinerja ringan sampai sakit berat. Kemampuan individu dalam merespon
dan mengadaptasi stressor ini sangat kritis untuk survival (dapat bertahannya)
manusia. Pemeliharaan kualitas hidup tergantung kapasitas tubuh secara internal
untuk bereaksi dan mengatasi datangnya stressor yang bertubi-tubi (Bornstein
& Chrousus, 1999).
Tubuh
dalam mengelola stress yang datang diketahui mempunyai mekanisme biologis yang
sejauh ini dikenal sebagai General Adaptation Syndrome. Merupakan
konservasi molekuler efektor pertahanan dan kemungkinan diturunkan nenek moyang
sejak awal adanya kehidupan di dunia ini, konservasi molekuler ini berkembang
dan berimbang kuat (Yeaman & Yount, 2007). Pendalaman pengetahuan tentang
sindroma ini memerlukan pendekatan dengan perasat dan riset biomedik secara
komprehensif.
2.3
SISTEM NEURON
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut
neuron. Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsang). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
Gambar.2.3.1
Neuron
Gambar 2. Bagian-bagian Sel Saraf
a) Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan
sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke
akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria,
sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan sel.
b) Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel.
c) Akson
Akson disebut juga neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan penjuluran sitoplasma badan sel. Benang-benang halus yang terdapat di
dalam neurit disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis
selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat
jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut
mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel
Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf
mielin. Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah
melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus
mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran
impuls.
Ada tiga macam sel saraf yang
dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu:
(1) Sel saraf
sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.
(2) Sel saraf motorik, adalah sel
saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor yaitu otot dan
kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan sumsum
tulang belakang.
(3) Sel saraf penghubung, adalah
sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya.
Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf
yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik. Saraf yang
satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut
disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara dendrit dan neurit. Bentuk
sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung yang berisi zat kimia seperti
asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat tersebut berperan dalam
mentransfer impuls pada sinapsis.
Pembagian sel neuron berdasarkan
strukturnya dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron bipolar, dan
neuron multipolar.
1. Neuron
unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah akson yang bercabang.
2. Neuron
bipolar yaitu neuron yang memiliki satu akson dan satu dendrit.
3. Neuron
multipolar yaitu neuron yang memiliki satu akson dan sejumlah dendrit.
Gambar 2.3.2. Pembagian sel neuron
Mekanisme
Sistem Neuron
1. Sinapsis
Sinapsis merupakan hubungan
penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang lain. Peristiwa ini terjadi
dari ujung percabangan akson dengan ujung dendrit neuron yang lain. Celah
antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan
listrik yang bermuatan ion terjadi di dalam celah sinapsis,baik ion positif dan
ion negatif. Di dalam sitoplasma sinapsis,
terdapatvesikula sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung,
neuron, vesikula akan bergerak, lalu melebur dengan membran pra-sinapsis dan
melepaskanasetilkolin. Asetilkolin berdifusi melalui
celah sinapsis, lalu menempel pada reseptor di membran post-sinapsis.
Gambar 2.3.3. Sinapsis
Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Enzim asetilkolinesterase16 sinapsis
(10 quadrillion). Jumlah
ini berkurang seiring bertambahnya usia. Orang dewasa memiliki 1015 sampai
5 × 1015 (1-5 quadrillion) sinapsis. menguraikan asetilkolin
yang tugasnya sudah selesai. Pada setiap bagian otak, terdapat jutaan neuron
yang saling terhubung lewat sinapsis.
2.
Muatan listrik dalam neuron
Muatan listrik yang terjadi
dalam satu akson akan memiliki muatan listrik yang berbeda antara lapisan luar
dan lapisan dalam akson. Muatan listrik tersebut terjadi pada peristiwa
polarisasi dan depolarosasi. Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron
yang memperlihatkan muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik
negatif di bagian dalam. Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron
yang memperlihatkan muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik
negatif di bagian luar.
3.
Impuls
Impuls adalah
rangsang atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan luar, kemudian
dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa
elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah sebagai
berikut:
a) Perubahan dari
dingin menjadi panas.
b) Perubahan dari
tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c) Berbagai macam
aroma yang tercium oleh hidung.
d) Suatu benda yang menarik
perhatian.
e) Suara bising.
f) Rasa asam,
manis, asin dan pahit pada makanan.
2.3 SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar
ludah, kelenjar
keringat, dan
kelenjar-kelenjar lain dalam saluran
gastroinstestin.
Organ utama dari
sistem endokrin adalah:
·
Hipotalamus
·
Kelenjar
hipofisa
·
Kelenjar
tiroid
·
Kelenjar
paratiroid
·
Pulau-pulau
pankreas
·
Kelenjar
adrenal
·
Buah
zakar
·
Indung
telur.
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai
suatu kelenjar endokrin
Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang
hipofisa; beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yanglainnya
menekan pelepasan hormon hipofisa.
Kelenjar hipofisa kadang disebut kelenjar penguasa
karena hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin
lainnya. Beberapa hormon hipofisa memiliki efek
langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan
hormon oleh organ lainnya. Hipofisa
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan
balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal
kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.
Tidak semua
kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa; beberapa diantaranya
memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi
zat-zat di dalam darah:
·
Sel-sel penghasil
insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak.
·
Sel-sel paratiroid
memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat.
·
Medulla adrenal
(bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung
dari sistem saraf parasimpatis.
Banyak organ yang
melepaskan hormon atau zat mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai
bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini
menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang
lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya,
otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem
saraf.
Meknisme sistem
endokrin
Gambar
2.3.4 Mekanisme Sistem Endokrin
Sistem endokrin meliputi:
1.
Reseptor yg berperan untuk mendeteksi
proses regulasi dalam tubuh
2.
Integrator (dapat berupa neuron,
kelenjar endokrin)
3.
Organ efektor yang selanjutnya
menyampaikan pesan di dalam sel
4.
Hormon yang bertugas menyampaikan pesan
di dalam sel
Ikatan antara hormon dan reseptor akan menghasilkan suatu
rantai kerja sesuai dengan reseptor yang diinginkan. Hormon umumnya
dianggap sebagai respon kimia yang dibawa dalam cairan tubuh. Mereka
adalah molekul organik yang sangat khusus yang diproduksi oleh organ endokrin
yang mengerahkan aksi terhadap sel target tertentu. Hormon tidak memicu
reaksi, mereka adalah modulator respons sistemik dan seluler.
Gambar 2.3.5 Susunan kelenjar
endokrin
Konsep Utama Hormon
1.
Hormon berfungsi sebagai pembawa pesan
kimia, bergerak melalui darah ke daerah target yang jauh dari tindakan,
atau bertindak lebih lokal sebagai utusan parakrin atau autokrin yang memicu
efek lebih lokal.
2.
Kebanyakan hormon ada dalam cairan
tubuh sepanjang waktu, tetapi dalam jumlah yang lebih besar atau lebih
kecil, tergantung pada kebutuhan tubuh.
3.
Hormon bereaksi dengan berinteraksi
dengan reseptor afinitas tinggi, yang pada gilirannya dihubungkan dengan
satu atau lebih sistem efektor dalam sel. Beberapa reseptor hormon yang
terletak pada permukaan sel dan bertindak melalui mekanisme pembawa pesan
kedua, dan lain-lain berada dalam sel, di mana mereka demodulasi
sintesis enzim, transporprotein, atau struktural protein.
Klasifikasi Hormon
1. Peptida/
Protein
Merupakan kelompok terbesar dan
diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian besar dibentuk sebagi
pro hormon peptide yang berasal dari pre pro hormon menghasilkan pro hormon,
kemudian pepetida itu selanjutnya di pecahkan di apparatus golgi membentuk
hormon. Contoh : peptida, polipeptida, glikoprotein, dan
protein, dapat sekecil thyrotropin releasing hormon
(TRH), yang mengandung tiga asamamino, sebagian besar
dan kompleks sebagai hormon pertumbuhan (GH) dan
follicle-stimulating hormone (FSH) , yang memiliki sekitar
200 asam amino. Glikoproteinadalah
hormon peptida besar yang
terkait dengan karbohidrat (misalnya, FSH).
2. Amina
Derivet asam amino tirosin, yang di
sekresikan oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar adrenal
(catecholamines). Contoh : norepinefrin dan
epinefrin, yang berasal dari asam amino tunggal
(yaitu, tirosin), dan hormon tiroid, yang berasal dari dua iodinasiresidu
asam amino tirosin.
3. Steroid
Terdiri
dari hormon steroid, yang merupakan turunan
dari kolesterol, tererdifusi
melewati membran sel, reseptor
dalam sel
4. Turunan Asam
Lemak
Sekelompok senyawa turunan asam lemak memiliki aksi
mirip hormon. Contoh :Eicosanoids diantaranya
asam arakidonat merupakan prekursor paling penting dan berlimpah dari berbagai eicosanoid. Yang
paling penting dari eicosanoids adalah prostaglandin, leukotrien, dan tromboksanR etinoid (misalnya, asam
retinoat) juga berasal dari asam lemak dan
memiliki peran penting dalam
mengatur aksi reseptor inti.
Kelas Hormon Berdasarkan Struktur Tabel 2.3.1 Kelas
Hormon
|
Amina danAsam Amino
|
Peptida, polipeptida, dan Protein
|
Steroid
|
Senyawa
Asam Lemak
|
Dopamin
Epinefrin
Norepinefrin
Hormon Tiroid
|
Corticotropin-releasing
hormone (CRH)
Growth
hormone–releasing hormone (GHRH)
Thyrotropin-releasing
hormone (TRH)
Adrenocorticotropic
hormone (ACTH)
Follicle-stimulating
hormone (FSH)
Luteinizing hormone
(LH)
Thyroid-stimulating
hormone (TSH)
Growth hormone (GH)
Antidiuretic hormone
(ADH)
Oxytocin
Insulin
Glucagon
Somatostatin
Calcitonin
Parathyroid hormone
|
Aldosterone
Glucocorticoids
Estrogens
Testosterone
Progesterone
Androstenedione
1,25-Dihydroxyvitamin
D
Dihydrotestosterone
(DHT)
Dehydroepiandrosterone
(DHEA)
|
Eicosanoids
Retinoid
|
Hampir semua peptida dan katekolamin
bersifat hidrofilik sedangkan semua steroid dan hormon tiroid bersifat hidropfobik.
Siklus Kerja Hormon
1.Hidrofilik,
bereaksi dengan reseptor pada membran dan mengaktifkan pesan kedua ( Second
messenger ), karena tidak dapat menembus dua lapisan lemak yang membentuk
membran sel. (Gbr. 1, A hidrofolik)
2.Hidrofobik,
bereaksi dengan reseptor internal, karena dapat berdifusi menembus dua lapisan
lipid dari membran sel, umumnya reseptor berperan sebagai faktor transkripsi
dan mempengaruhi ekspresi gen. (Gbr. 1, A hidrofobik)
|
Gambar
2.3.6 Siklus Kerja Hormon
|
|
Pengaturan Sekresi Hormon
1. Umpan Balik
Negatif
Umpan balik negatif adalah mekanisme utama dalam sistem
endokrin untuk mempertahankan homeostasis, pengaturan sekresi hormon. Sekresi dari hormon yang spesifik
di-”on atau off”-kan oleh perubahan fisiologi yang spesifik. Hormon
dapat secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi sekresinya sendiri
melalui mekanisme down- regulation (penurunan jumlah reseptor hormon
yang menyebabkan penurunan sensifitas pada hormon).
|
Gambar
2.3.7 Mekanisme Umpan Balik Negatif
|
2. Umpan Balik
Positif
Up-regulation: peningkatan jumlah reseptor hormon yang menyebabkan sel
lebih sensitif terhadap hormon tertentu, Sangat jarang terjadi.
Gambar
2.3.8 Hubungan endokrin dengan saraf
Sistem saraf
bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam tubuh.
Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling
berhubungan sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas
perintah dari sistem sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan
hormon terdapat pada daerah hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut
daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine control).
Hormon
berfungsi dalam mengatur homeostasis, metabolisme, reproduksi dan tingkah laku.
Homeostasis adalah pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan
hidup dapat dipertahankan. Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula
dalam darah, dan kerja jantung
Kedua
sistem ini mempunyai hubungan yang sangat erat. Walaupun sistem endokrin/sistem
hormon diatur oleh master of glands/kelenjar hipofisis tetapi hal tersebut
tidaklah mutlak atau bersifat otonom. Hal ini karena kerja dari kelenjar
hipofisis tersebut dipengaruhi oleh hypothalamus.
Berikut ini adalah hubungan sistem hormon dengan
sistem saraf yang digambarkan dalam bentuk skema atau bagan :
1.Releasing Factor/Faktor pembebas
Adalah faktor yang memperbaiki
situasi atau kondisi tubuh, sehingga kondisi tubuh menjadi lebih baik. Faktor
tersebut adalah hormon-hormon yang mencegah terjadinya kondisi tubuh tersebut.
2.Inhibitor Factor/Faktor penghambat
Adalah faktor yang terus
mendukung situasi atau kondisi tubuh, sehingga kondisi tubuh menjadi tidak
baik/memperburuk kondisi tubuh. Faktor tersebut adalah hormon-hormon yang
mendukung terjadinya kondisi tubuh tersebut.
2.4
RESPON IMUN
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh
untuk memberi respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam
tubuh.
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Pertahanan non spesifik, merupakan garis pertahan pertama terhadap masuknya
serangan dari luar. Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu :
1.
Pertahanan fisik :kulit, mukosa membran
- Pertahanan
kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
- Pertahanan
biologis: sel darah putih yang bersifat fagosit
(neutrofil,monosit,acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan
(inflammatory).
B. Pertahanan spesifik, dilakukan
oleh sel darah putih yaitu sel darah putih Limfosit. Disebut spesifik karena:
dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosir, membentuk kekebalan tubuh,
dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga terjadi pembentukan antibodi dan
setiap antibodi spesifik untuk antigen tertentu. Limfosit berperan dalam
imunitas yang diperantarai sel dan anibodi.
2.5
KUTIPAN JURNAL
Sistem
saraf pusat mempunyai kapasitas untuk mengirimkan sinyal ke seluruh jaringan
dan organ tubuh, yang sampai beberapa lama sistem imun merupakan sebuah
perkecualian. Saat ini sudah dibuktikan bahwa elemen imun seperti timus, limpa
dan organ limfoid
juga
mendapat inervasi (Delves, et al., 2006; Pollard, et al., 2008).Mast cell dan
limfosit mendapat persarafan yang dapat dibuktikan dengan tumbuhnya sinapsis
serabut saraf pada kultur sel. Serabutserabut saraf ini mempunyai kemampuan
untuk membawa media torsecara cepat dan spesifik yang memungkinkan adanya
reaksi spontan guna menginisiasi terjadinya peradangan. Pada respon fase akut terjadi
pelepasan masif dari katekholamin yang dikenal sebagai ”sympathetic outflow”,
yang merupakan regulasi
penting dalam reaksi pertahanan emergensi dari sebuah stress.
2.6 PEMBAHASAN
Berdasarkan kajian pustaka dan kutipan jurnal oleh Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK (K), MM. Sistem saraf dan sistem endokrin
ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan sehingga dinamakan sistem
neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem saraf dan sistem yang
mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah hipotalamus.
Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin (neuroendocrine
control).
Imunologi neuroendokrin terjadi karena
hubungan sel ke sel persarafan serta komunikasi humoral,sedangakan stress
timbul ketika adanya rangsangan dari luar,kemudian saraf- saraf pada panca
indera mengirimkan
sinyal ke Hypophyse (berada di dasar otak) sebagai alarm selanjutnya
mengirimkan signyalnya ke kelenjar anak ginjal untuk melepaskan hormone Adrenalin dan Cortisol, Cortisol ini
meningkatkan gula darah yang terutama digunakan otak (berfikir/mengatur),
selain itu fungsi cortisol untuk meningkatkan persediaan bahan perbaikan sel2
tubuh, system kekebalan tubuh, reproduksi dan pertumbuhan serta merangsang
beberapa kelenjar tubuh lainnya untuk peroses metabolisme
sedangkan Adrenaline meningkatkan denyut jantung , dan peningkatan tekanan
darah dan juga meningkatkan pasokan energi.Pada respon
fase akut terjadi pelepasan masif dari katekholamin yang dikenal sebagai ”sympathetic outflow”, yang
merupakan regulasi penting dalam reaksi pertahanan
emergensi dari sebuah stress.
.
BAB III
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
-
Daya tumbuh tanaman di pengaruhi oleh
faktor jenis air
-
Jenis air vetsin banyak meningkatkan
daya tumbuh tanaman dengan cepat,hal ini karena peningkatan kekuatan akar serta
batang yang di tunjang oleh asam amino yang terdapat pada vetsin.
-
Jenis air sabun bukanlah pilihan tepat
untuk di gunakan sebagai bahan penyiraman karna kandungan soda apinya yang
dapat merusak organel sel.
5.2 SARAN
-
Masyarakat dapat menggunakan air vetsin sebagai bahan alternatif untuk budidaya
tanaman cabai.
-Masyarakat/pembaca dapat menghindari
penggunaan air sabun sebagai bahan budidaya cabai.
DAFTAR
PUSTAKA
Yadi
sunaryadi.Blogspot.com
abhique.blogspot.com